Kamis, 22 November 2018

Pendakian Gunung Lawu Via Cemoro Sewu


Pengalaman Mendaki Gunung Termistis di Pulau Jawa.

Pendakian pada kali ini untuk memperingati  Sumpah Pemuda yang tepat jatuh pada tanggal 28 oktober, Gunung Lawu bukan lah tujuan awal saya
, Tujuan pertama saya dan teman-teman awalnya adalah Gunung Merbabu, tetapi di karenakan Gunung tersebut di tutup sementara akibat ke bakaran pada 1 bulan sebelum keberangkatan , saya dan teman-temanpun mengalihkan pendakian ke Gunung Lawu.

Awal mula mendengar kata Gunung lawu saya sempat ngurungkan niat saya untuk ikut, Dikarenakan Gunung tersebut sudahlah terkenal dengan ke-Mistisannya. apa boleh buat di karenakan sudah membeli tiket untuk keberangkatan mau gak mau saya pun ikut medaki ke -Gunung Lawu.

Pada Tanggal 20 April 2018 tepatnya pukul 16.30 sore, saya dan teman-teman berangkat dari Stasiun Senen menuju tujuan akhir Solo Jebres, Berhubungan saya tidak pernah naik kreta sampai keluar kota. saya pun merasa tidak betah didalam kreta berlama-lama. dan akhirnya saya hanya bisa menikmati perjalanan dan yang lain menikmati tidurnya.

Sesampainya di tempat tujuan akhir yaitu Stasiun Solo Jebres sekitar pukul  02.30 pagi, kami segera memesan ojek online untuk menghantarkan kami ketempat Paman nya teman yang tinggal disana. sesampainya disana kami pun beristirahat sejenak disana.

Pada ke-esokan harinya saya dan teman-teman menyiapkan barang-barang apa saja yang akan di bawa mendaki, memisahkan barang-barang apa saja yang harus dibawah, dan meninggalkan barang-barang yang sekiranya tidak di perlukan disaat mendaki gunung. 

Setelah semua barang-barang sudah terkemas rapih di dalam Carrel (Tas Gunung), kami diantarkan oleh Paman sampai terminal terdekat. setelah itu saya dan teman-teman menaiki Bus untuk sampai di bawah kaki Gunung Lawu. Perjalanan dari Terminal Sampai tempat tujuan menempuh waktu selama 2 jam  perjalanan.

Sesampainya kami di basecamp Cemoro Sewu sekiranya pukul 08.00 pagi, kami melipir ke warung yang ada di dekat sana, Menghangatkan badan dengan secangkir teh manis yang di pesan di tempat dan  menunggu loket dibuka untuk pembayaran Simaksi ( Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi).

Perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 diawali trek yang masih sedikit landai. Medannya berupa bebatuan yang ditata rapi, namun bukan anak tangga. Sepanjang perjalanan mata akan dimanjakan pemandangan perkebunan warga, berganti dengan hutan pinus rindang.


Dari pos 2 ke pos 3 ini jalur pendakian mulai berat, tidak ada jalan datar sama sekali. Banyak jalur trabasan disini, karena jalur yang berkelok kelok mungkin dirasa membuang buang waktu. Perjalanan menuju pos 3 inilah yang menurut saya agak agak mistis karena lawu mendadak sunyi jalur nya. Dinginnya udara lawu membuat saya berpikir gunung lawu memang menyimpan banyak hal. Ditambah lagi di pos 3 kemarin terjadi kebakaran yang menewaskan 2 orang, 2 orang terpanggang dan barang barangnya masih ada di sekitar pos 3. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 memerlukan waktu 1,5 jam. Di pos 3 ini tidak ada warung, hanya ada bangunan semen yang didepannya ada tempat mendirikan tenda. Kami tidak beristirahat terlalu lama untuk mempersingkat waktu pendakian.





Untuk menuju pos 5 kami hanya perlu berjalan menanjak sedikit saja dari pos 4. Setelah itu kami bertemu jalan datar memutar kekiri dengan tebing curam di kanan jalan. Akhirnya setelah 5 jam 30 menit berjalan dari perijinan sampai juga di pos 5 gunung lawu. Di pos 5 ini ada banyak warung , di dalam warung ada tempat untuk tidur. Jadi kami tidak jadi membuka tenda dan lebih memilih tidur di dalam warung. Dinginnya udara lawu tidak bersahabat untuk membuka tenda. Selain itu di dalam warung juga ada lampu dan bisa membeli nasi pecel serta gorengan. Minuman sachet serta kopi dan teh juga ada. Jadi kalau ke lawu harus siap uang banyak karena disini ada tempat jajan hahaha. Setelah makan malam dengan pecel, kami masuk ke sleeping bag dan tertidur. Semakin malam makin banyak pendaki lain yang datang dan tidur juga di dalam warung.

Paginya kami bangun untuk menikmati sunrise dari depan warung , ternyata ada juga yang membuka tenda di depan warung. Sunrise nampak indah sekali, terlihat juga telaga sarangan dari sini. Pukul 6.30 pagi kami mulai berjalan menuju puncak gunung lawu, kami akan berjalan melalui sendang drajat untuk mengambil air kemudian langsung menuju ke puncak hargo dumilah, awalnya kami berniat ke hargo dalem juga namun niat itu kami urungkan karena fisik mulai lelah. 















1 komentar:

(KULINER MALAM) Jangan Ngaku Anak Jakarta Kalo Belom Kesini !!!

KULINER MALAM DI SATE TAICHAN “BANG OCIT” SENAYAN Siapa sih anak muda zaman sekarang yang gak kenal dengan sate taichan? Yap! Sa...